Tari Saman: Warisan Budaya TakBenda UNESCO dari Tanah Aceh



Tari Saman merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari suku Gayo, Provinsi Aceh. Tari Saman telah resmi ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 24 November 2011. Tarian ini diciptakan oleh seorang pemuka agama bernama Syekh Saman yang menjadikan Tari Saman sebagai media dakwah untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan, tauhid, dan perihal lain yang berhubungan dengan Allah Swt.

Awalnya, gerakan Tari Saman terinspirasi dari permainan rakyat yang disebut Pok Ane yang diiringi syair pujian kepada Allah Swt dan tepukan-tepukan dari para penari. Tarian ini dimainkan oleh penari laki-laki yang berjumlah ganjil 13, 15 hingga 21 orang yang terbagi menjadi beberapa komposisi bagian meliputi:

1.     Perangkat/syekh
Penari ini menjadi tokoh utama dan bertindak sebagai pusat dan bertugas dalam menentukan gerak tari, level tari, syair-syair yang dikumandangkan serta syair-syair balasan dalam Tari Saman Jalu.

2.     Pengapit

Penari ini bertugas membantu bagian perangkat dalam gerak tari maupun pada saat melantunkan syair.

3.     Penumpang

Penari ini berada pada posisi ujung kanan dan kiri yang bertugas sebagai penahan keutuhan posisi tari agar rapat dan lurus dalam berjejer.

4.     Penyempit atau Pengunci.

Bagian ini bertugas menghimpit dan membuat kerapatan antara penari sehingga para penari menyatu atau berjejer tanpa jarak dengan posisi horizontal.

Bentuk dari pertunjukan Tari Saman terbagi menjadi dua yakni Tari Saman Jalu dan Tari Saman Tunggal atau lebih dikenal Tari Saman Hiburan yang saat ini lebih dikenal masyarakat karena sering ditampilkan di berbagai acara. Dalam pertunjukan Tari Sama Jalu terdapat semacam berbalas syair atau pantun berisi nasihat, ceramah, dan sindiran. Sementara itu, pada pertunjukan Tari Saman Hiburan lebih mengutamakan keragaman gerakan tari dinamik dan irama lagu.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian tradisional Tari Saman, meliputi:

Nilai Keagamaan

            Sejak dulu Tari Saman digunakan oleh para Tengku sebagai media dakwah agama Islam. Nilai keagamaan ini dapat dilihat dari makna syair yang digunakan, “Hmm laila la aho, Hmm laila la aho, Hoya-hoya, sarre e hala lem hahalla, Lahoya hele lem hehelle le enyan-enyan, Ho lam an laho” yang memiliki arti Hmm tiada Tuhan selain Allah, Hmm tiada Tuhan selain Allah, Begitulah-begitulah semua kaum Bapak begitu pula kaum ibu, Nah itulah-itulah Tiada Tuhan selain Allah. Dari syair ini, menjelaskan dan mengakui keberadaan Allah serta percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Nilai Etika

            Etika menjadi kebiasaan hidup yang baik atau adat istiadat masyarakat. Tari Saman menuntut kedisiplinan dan ketekunan dalam gerakkan tepuk tangan, tepuk dada, serta tepuk paha karena setiap gerakan harus sesuai dengan tempo dan kompak antara pemain satu dengan yang lain. Untuk itu, latihan yang teratur, disiplin, dan tekun menjadi kunci keberhasilan penampilan Tari Saman

Nilai Sosial

Syair-syair Tari Saman mengajarkan berbagai nilai sosial penting. Pertama, dalam syair “Malé mangas péh gere mubelo, ku sa kutiro gere ramah aku”(Akan makan sirih pun tidak ada sirih, kepada siapa saya minta tidak ada saya kenal), kita diajarkan untuk berhati-hati dalam meminta bantuan agar tidak merendahkan diri atau membebani orang yang tidak dikenal. Kedua, dalam syair “Ike manut péh ko gere kuueten kerna géh aku ku uken gere ceraki ko” (kalaupun kamu hanyut tidak saya angkat karena datang saya ke udik tidak kamu tegur) mengingatkan pentingnya bersosialisasi, karena hubungan baik menentukan apakah kita akan dibantu orang lain atau tidak.

Ketiga, dalam syair “Kulmi ko aih kati metus lumpé, urum-urum nawé kite ku serap ho” (biarlah sungai/banjir besar hingga putus jembatan (yang terbuat hanya dari kawat) bersama-sama berenang kita ke seberang) masyarakat diajak untuk saling menolong terutama saat bencana, menonjolkan gotong royong dan tenggang rasa. Terakhir, dalam syair “Hana die ningko kuosah geloah péh gere berbunge” (apa kiranya kuberikan untuk kamu, jarak pun tidak berbunga/ aku pun tidak punya apa-apa) menunjukkan keikhlasan membantu meskipun tidak memiliki apa-apa, mencerminkan kepedulian masyarakat Gayo.

Tonton juga

Penampilan Tari Saman di Belgia

Sumber:
Imam, A. (2021). Analisis Nilai-nilai Pada Tari Saman. Makalangan, Vol. 8, No(212), 3. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/makalangan/article/download/1616/1090

Tari Saman: Warisan Budaya TakBenda UNESCO dari Tanah Aceh  Tari Saman: Warisan Budaya TakBenda UNESCO dari Tanah Aceh Reviewed by Annisa Cahya Muliatama on November 26, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar