Tarian Reog Ponorogo Pesona Wisata Budaya Nusantara yang Mendunia
Sejarah asal usul Tari Reog Ponorogo yang berkembang dalam masyarakat hingga saat ini memiliki banyak versi. Berikut ini beberapa versi pandangan masyarakat mengenai lahirnya kesenian ini:
Versi Seni dan Alam
Masyarakat menyebutkan bahwa Reog lahir dari inspirasi seorang seniman yang mengagumi kehidupan belantara. Harimau dipilih sebagai simbol kekuatan, kharisma, dan kewibawaan, sedangkan burung merak melambangkan keindahan. Kedua hewan ini kemudian dipadukan menjadi Dadak Merak atau Barongan, sebagai gambaran sifat ideal manusia, kuat sekaligus indah.
Versi Animisme dan Dinamisme
Pada masa ketika masyarakat masih memercayai kekuatan roh, harimau dan merak dianggap mampu menangkal roh jahat. Topeng dan kostum Reog awalnya digunakan untuk ritual tolak bala sebelum akhirnya berkembang menjadi pertunjukan tari.
Versi Sindiran Politik
Versi ini berkisah tentang kritik Ki Ageng Kutu kepada Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Dadak Merak menggambarkan raja yang lemah dan dikuasai oleh permaisurinya. Seni Reog menjadi simbol perlawanan yang disampaikan secara halus melalui pertunjukan.
Versi Islamisasi Ponorogo
Pada masa Bathoro Katong, Reog digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan ajaran Islam. Manik-manik yang tergantung di paruh burung merak dipercaya sebagai simbol tasbih dalam tradisi Muslim.
Versi Legenda Prabu Klono Sewandono
Versi yang paling populer hingga sekarang. Reog dipercaya berawal dari perjalanan Prabu Klono Sewandono membawa 40 pengikut, Singo Barong, dan burung merak sebagai persembahan untuk meminang Putri Sanggalangit dari Kediri.
Dalam pementasan Reog Ponorogo, terdapat beberapa
tokoh utama dengan peran dan karakter khas yang membentuk keindahan serta
keunikan tarian ini.
Klono Sewandon disebut sebagai raja sakti pemilik pusaka Pecut Samandiman. Gerak tarinya lincah, berwibawa, dan kadang menggambarkan rasa kasmaran karena kisah cintanya dengan Dewi Sanggalangit.
Jathil merupakan tokoh prajurit berkuda yang menampilkan kelincahan dan ketangkasan. Awalnya diperankan laki-laki berparas halus, namun kini lebih sering dibawakan penari perempuan dengan gerakan halus, lincah, dan genit.
Warok menjadi tokoh yang melambangkan kebijaksanaan, kekuatan batin, dan moral. Warok adalah sosok yang memberi tuntunan hidup dan menjadi identitas masyarakat Ponorogo.
Barongan (Dadak Merak) menjadi simbol utama Reog berupa topeng raksasa kepala harimau dengan hiasan bulu merak. Beratnya mencapai sekitar 50 kg dan menjadi pusat perhatian dalam pementasan.
Bujangganong (Ganongan) disebut juga sebagai patih muda yang lincah, jenaka, dan cerdik. Gerakannya enerjik serta menjadi tokoh hiburan yang sangat dinantikan penonton, terutama anak-anak.
Kesenian Tarian Reog Ponorogo bukan sekadar hiburan. Namun, didalamnya terkandung nilai-nilai yang dapat menjadi pelajaran hidup.
- Nilai Keimanan
Sebelum pertunjukan, dilakukan ritual doa sebagai bentuk pengharapan keselamatan. Ini menggambarkan tradisi spiritual masyarakat masa lalu.
- Nilai Budi Pekerti
Simbol harimau dan merak mengajarkan dua karakter penting: kekuatan dan keindahan. Dua sifat ini mencerminkan keseimbangan dalam kepribadian manusia.
- Nilai Jasmani dan Rohani
Manik-manik pada paruh burung merak melambangkan tasbih sebagai simbol penguatan rohani, sementara kekuatan fisik penari menunjukkan ketangguhan jasmani.
- Nilai Kepemimpinan
Terlihat dalam sosok Klono Sewandono yang gagah, berwibawa, dan mampu mengatasi rinntangan melumpuhkan Singo Barong dengan menggunakan senjata benama Pecut Samandiman.
- Nilai Kewiraan (Keberanian)
Tari Jathil merupakan karakter yang diperankan oleh penari laki-laki yang menunjukkan semangat patriotisme, kepahlawanan, dan kesiapsiagaan serta ketangkasan dalam berperang menghadapi musuh dari luar maupun melawan hawa nafsu dalam dirinya sendiri.
- Nilai Kesabaran dan Optimisme
Bujangganong mengajarkan bahwa hidup penuh tantangan namun harus dihadapi dengan ceria dan pantang menyerah.
Banyak sanggar seni juga membuka kelas bagi wisatawan untuk mencoba menari atau mempelajari sejarah Reog secara langsung. Hal ini menjadikan Reog bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga pengalaman budaya yang utuh.
Reog telah tampil di berbagai event luar negeri seperti festival budaya di Eropa dan Asia, membuktikan bahwa seni tradisi Indonesia ini mampu bersaing dan memukau dunia.
Penampilan Reog Ponorogo di Jerman
Penampilan Reog Ponorogo di Korea Selatan
Sumber :
Fisabilillah, A., Darmadi, D.,
Yunitasari, A., Rengganis, M. P., & Dayanti, R. E. (2022). Mengenal Sejarah
Dan Filosofi Seni Pertunjukan Kebudayaan Reog Ponorogo “the Culture of Java”
Taruna Adhinanta Di Universitas Pgri Madiun. Jurnal Review Pendidikan Dan
Pengajaran, 5(1), 24–31. https://doi.org/10.31004/jrpp.v5i1.4658
Reviewed by Annisa Cahya Muliatama
on
November 19, 2025
Rating:
.jpg)

Tidak ada komentar